Mukjizat Bagi Bani Israel dan Umat Muhammad Saw
Posted by kita coba at Monday, 26 January 2015
![]() |
| Add caption |
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa setiap Nabi dan Rasul yang
diutus oleh Allah Swt dibekali dengan mukjizat. Mukjizat dalam arti
bahasa adalah “yang melemahkan” (mu’jiz). Mukjizat ini diberikan oleh
Allah Swt kepada para utusan-Nya, bertujuan untuk memberikan bukti
langsung di hadapan mata bagi siapa saja yang tidak mempan diberikan
argumen verbal melalui akal dan nalar. Pada situasi itulah mukjizat
diperlukan.
Kita saksikan bahwa Nabi dan Rasul terbanyak diutus oleh Allah Swt
kepada Bani Israel. Bahkan Bani Israil didatangi oleh lebih dari 1 Nabi
dan Rasul pada masa yang sama, sebagaimana masa ketika diutusnya Nabi
Ismail, Ishaq dan Ya’qub, Musa, dan Harun serta Zakaria dan Isa
alaihumussalam. Bani Israel pada zaman para Nabi sering menyaksikan
mukjizat di hadapan mata kepala mereka.
Al Quran mengisahkan bagaimana Nabi Musa as yang dibesarkan di
kerajaan Firaun padahal setiap bayi laki-laki yang lahir dibunuh sebelum
dewasa. Tetapi Allah Swt melindungi Nabi-Nya d itempat paling berbahaya
sekalipun. Kita juga saksikan bagaimana setelah dewasa Nabi Musa as
dibekali tongkat yang mampu mengalahkan para tukang sihir, sekaligus
menyadarkan mereka akan kekuasaan Allah SWT. Namun, kebanyakan umat bani
Israel tak mau beriman.
AlQuran juga mengisahkan bagaimana Nabi Isa as diutus oleh Allah Swt
dari seorang ibu yang suci yaitu Maryam as yang melahirkan Isa as tanpa
ayah. Kita saksikan apa yang diucapkan dan dilakukan oleh umat Nabi Isa
as? Mereka mengolok-olok dan menuduh secara keji Maryam as sebagai
wanita keji dan pezina. Allah Swt akhirnya menampakkan Mukjizat-Nya.
Nabi Isa as yang masih bayi dalam buaian tiba-tiba berbicara aku hamba Allah, aku diberikan Al Kitab oleh-Nya. Ketika dewasa, Nabi Isa mampu menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang buta. Namun Bani Israel tetap tak beriman.
Marilah kita telusuri jejak-jejak Nabi kita Muhammad Saw. Allah Swt
hendak menyempurnakan ajaranNya dengan mengutus Rasulullah Muhamad saw
sebagai kekasihNya yang dianugerahi Mukjizat berupa kitab suci teragung,
Wahyu dan Kalam Nya untuk membimbing ummatnya disetiap tempat dan masa
sampai akhir zaman. Mukjizat terbesar Nabi kita Muhammad Saaw adalah
AlQuran. Nabi Muhammad Saaw disebut juga sebagai AlQuran yang berjalan
(berbicara).
AlQuran diturunkan sebagai mukjizat Nabi terakhir karena ummatnya
pada saat diutusnya Beliau Saaw sampai akhir zaman dapat dikatakan
sebagai ummat yang telah mengenal dan cukup matang dalam berfikir dan
mengenali perkataan yang merupakan jalan-jalan petunjuk. Bukankah kita
saksikan bahwa dimasa Nabi Muhammad saaw sastra dan kata-kata dapat
menjadi pedang tajam yang menggerakkan peperangan dan juga dapat meredam
suatu pertumpahan darah? Sastra dan kefasihan dijunjung tinggi ketika
itu. Pada saat itulah Allah Swt menurunkan AlQuran sebagai Mukjizat yang
mengatasi seluruh kata dan sastra saat itu. Sehingga banyak masyarakat
dan para ahli ketika itu menilai bahwa AlQuran bukanlah kalimat dan
kata-kata manusia tetapi berasal dari Kekuatan yang Maha Agung.
Di sinilah kita tahu bahwa mukjizat selalu diturunkan relevan dengan
zamannya. Zaman Firaun sihir sangat dipuja dan masyarakat takluk
dengannya oleh karena itu Musa as diberikan tongkat untuk mengatasinya.
Di zaman Isa as ilmu pengobatan menjadi sesuatu yang paling hebat dan
berharga. Sehingga Isa as diberikan kemampuan menyembuhkan orang lepra,
buta dan bahkan menghidupkan orang mati dengan izin Nya.
Tetapi apatah hendak dikata sejarah ummat manusia selalu berulang,
hingga banyak pengalaman umat terdahulu diabadikan dalam al Quran untuk
mengingatkan kita. Apakah kita ummat Muhammad Saw mengulangi perilaku
dan tindakan Bani Israil dalam menghadapai petunjuk dan hidayah dari
Allah Swt. Tidakkah dapat kita simpulkan bahwa kisa-kisah Bani Israil
dalam AlQuran diwahyukan untuk kita dan untuk pelajaran berharga bagi
kita juga? Bukankah pesan-pesan bagi Bani Israil untuk menaati Tuhan,
utusan dan kitab suciNya juga berlaku bagi kita? Tetapi kita saksikan
dan jumpai cukup banyak ayat suci-Nya yang merupakan mukjizat di hadapan
kita tetapi kita langgar secara nyata dalam kehidupan kita?
Marilah kita urai sedikit pelanggaran-pelanggaran dan penentangan
nyata yang mungkin kita lakukan terhadap mukjizat Nabi kita Muhammad
Saw:
1. Orang-orang beriman itu sesungguhnya ber- saudara. Sebab itu,
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurât
[49]: 10)
Sudahkah kita mempraktekkan ayat ini atau justru kita menentangnya
dengan menciptakan permusuhan bahkan tuduhan dan kebencian kepada
sesama?
2. “Dan berpeganglah kamu semuanya dengan tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mem-
persatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang
yang ber- saudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu men- dapat petunjuk.” (QS. Âli ‘Imrân
[3]: 103)
Kaum muslimin kita saksikan saat ini bercerai berai dan telah
menyia-nyiakan nikmat Allah Swt berupa hidayah Islam dan rasa
persaudaraan yang Allah Swt anuegarahkan, tapi justru sebagian dari kita
memutuskan persaudaraan di antara kaum muslimin dengan mengklaim
saudara-saudaranya tersesat, bahkan kafir. Akankah kita kembali ke masa
jahiliah dulu?
3. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hi
kmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Nahl [16]: 125)
Seruan pada kebaikan dan jalan Allah Swt kepada non muslim saja
diperintahkan untuk dilakukan secara baik dan santun. Tapi apa yang kita
saksikan, terdapat sebagian dari dalam tubuh kaum muslimin yang dengan
kasar dan keji melempar tuduhan, fitnah dan bahkan tindakan yang jauh
sekali dari ajaran Islam dan wahyu. Kita saksikan sebagian yang mengaku
Islam dengan enteng mengkafirkan bahkan merenggut nyawa muslimin lainnya
hanya karena perbedaan pemahaman yang seolah-olah mereka sebagai yang
punya otoritas penafsiran wahyu sementara yang lainnya dipaksa untuk
mempercayai dan menggunakan tafsirnya, yang bahkan para Nabi sebagai
utusan Nya tidak pernah melakukan hal tersebut dan jauh dari perilaku
dan tindakan serta petunjuk mereka?
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Al Bidayah Wan Nihayah juz 11/398 menyebutkan :
“Dan di antara yang menjadi dalil bahwa mereka (Khilafah Daulah Fathimiyyah) adalah orang-orang yang memberikan pengakuan dusta (bahwa mereka adalah Ahlul Bait), sebagaimana disebutkan oleh para ulama yang terhormat itu dan para imam yang utama, dan bahwasanya mereka (Daulah Fathimiyyah) tidak memiliki hubungan nasab sama sekali dengan Ali bin Abi Thalib juga kepada Fathimah binti Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana pengakuan mereka. Adalah ucapan sahabat Abdullah bin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhuma kepada Al Husain bin Ali bin Abi Thalib ketika akan berangkat ke Iraq, yaitu saat para penduduk kota Kuffah mengirimkan utusan kepada beliau dan berjanji akan memberikan bai’at kepadanya.
Ibnu Umar berkata : “Janganlah engkau pergi ke sana karena sesungguhnya aku takut engkau akan terbunuh, dan sesungguhnya kakekmu (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) telah diminta oleh Allah untuk memilih dunia atau akhirat, dan beliau memilih akhirat dibandingkan dunia. Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu”.
Ibnu Katsir kemudian menjelaskan : “Kalimat yang berkedudukan Hasan Shahih, yang tertuju pada kepada masalah ini dan sangat masuk akal, yang disampaikan oleh sahabat yang mulia ini menunjukkan bahwa : Tidak akan ada khalifah dari ahlul bait kecuali Muhammad bin Abdullah al Mahdi (imam mahdi) yang akan diangkat di akhir zaman bersama dengan turunnya nabi isa ibnu maryam. hal ini karena demi menjaga agar ahlul bait tidak terpedaya dengan dunia dan agar tidak mengotori kemuliaan mereka“.(Al Bidayah Wan Nihayah Juz 11/398)
Berdasarkan atsar hasan shahih ini dan berbagai komentar ahli nasab terhadap keluarga Al Badry (keluarga Abu Bakar Al-Baghdadi), tidak sedikit yang mengatakan bahwa nasab Al Badry bukanlah Ahlul Bait. Namun demikian jika memang benar bahwa nasab Al Badry di mana Syaikh Abu Bakar Al Baghdady dilahirkan merupakan Ahlul Bait maka kemungkinannya adalah :
Pertama :Berdasarkan Atsar Ibnu Umar ini..”Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu“, maka Tidak mungkin Abu Bakar Al-akan Baghdadi mendapatkannya sebagaimana Al-Husain bin Ali bin Abi thalib terbunuh, jika memang benar ia dari ahlul bait.
Kedua, Abu Bakar al Baghdady jika ia mengaku sebagai Ahlul Bait maka dia semestinya tahu akan hadits yang mulia ini. Artinya jika ia memang doktor yang tahu ilmu syariah dan zuhud serta waro’, dia tidak akan menjadi khalifah. Karena khalifah dari Ahlul Bait hanya seorang saja yang bernama Muhammad bin Abdullah.ini sangat jelas bagi orang-orang yang lurus akalnya.
Ketiga, jika ia menganggap ada khalifah sebelum al Mahdi-berdasar beberapa hadits- maka ketahuilah bahwadari keumuman makna hadits di atas maka tetap saja ia tidak berhak menjadi khalifah karena pesan datuknya, Rasulullah saw. Jadi sudah Jelas alBaghdadi ini seorang ambisius dan orang yang menantang sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nanti kami akan jelaskan bahwa lafaz khalifah pada beberapa hadits bukanlah menuntut makna sebagai khalifah secara istilahi/terminologi, namun yang dimaksud adalah secara bahasa saja, dengan arti pemimpin. Bahkan dari hadits yang lain akan terlihat bahwa yang dimaksud adalah khalifah kerajaan/daulah saudi Arabia dengan khalifah (rajanya) bernama raja Abdullah, insya Allah, Wallahu a’lam.
Ini salah satu mu’jizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berarti jika al-Baghdadi mendapat kekhalifahan itu, maka ia adalah;
[Al Bidaayah wan Nihaayah Juz 11 Hal 39]
Sedangkan Imam Mahdi hanya satu di akhir zaman yang bernama Muhammad bin Abdullah.
Dalil lainnya yang lebih rinci.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Tatkala kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang sekumpulan pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait. Allah telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sesudah aku mati, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera berwarna hitam.Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memuaskan dengan kezaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas es ‘. ” (HR. Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan lighairihi menurut Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Adh-Dha’ifah, 1/197, pada pembahasan hadits no. 85)
As-Sindi berkata: “Yang nampak, kisah itu merupakan isyarat keadaan Al-Mahdi yang dijanjikan. Oleh kerana itu, penulis (Ibnu Majah) menyebutkan hadis ini dalam bab ini (bab keluarnya Al-Mahdi). ” Ibnu Katsir Rahimahullahu mengatakan: “Dan orang-orang dari Timur menyokong (Al-Mahdi), menolongnya dan menegakkan agamanya, serta mengukuhkannya. Bendera mereka berwarna hitam, dan itu merupakan pakaian yang mempunyai kewibawaan, karena bendera Rasulullah berwarna hitam yang dinamakan Al-Iqab.”(An-Nihayah fil Malahim, 1/17, Program Maktabah Syamilah).
Beliau juga berkata: “Maksudnya, Al-Mahdi yang terpuji yang dijanjikan keluarnya di akhir zaman asal munculnya adalah dari arah Timur, dan diba’iat di Ka’bah seperti yang disebutkan oleh nash hadits.” (Idem, 1/17) Tentang tempat bai’atnya telah diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang dibai’at di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim).” (HR. Ibnu Hibban no. 6827 , Ahmad, dan Al-Hakim; dan beliau menshahihkannya)
Kalimat yang digaris bawahi, Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku, adalah menunjukkan bahwa mereka tidak menginginkan khilafah, padahal mereka mampu jika mau, karena kekuasaan telah ada ditangan mereka!; Karena mereka tahu bahwa yang berhak atas khilafah tersebut adalah al-Mahdi. Maka ketika mereka mendengar al-mahdi muncul, maka mereka segera bergegas menuju Mekkah dan membaiatnya, mengokohkan kekuasaan al-Mahdi.Namun yang kita lihat dari sejarah daulah Al-Baghdadi/Daisy, adalah bahwa mereka menginginkan khilafah tersebut setelah mengkhianati al-Qaida dan pimpinannya, serta memaksa memproklamirkan khilafah tersebut keseluruh dunia.Jadi mereka bukanlah pasukan bendera hitam yang dimaksud oleh hadits ini.
Seandainya pasukan panji hitam asli tentulah mereka bukan khalifah/khilafah, tapi mereka pasukan yang tahu diri walaupun mereka punya kekuasaan , namun mereka tahu bahwa al-Mahdi telah muncul sehingga khilafah ini adalah hak dari ahlul bait, bukan pada yg. Lainnya.Tapi mereka adalah pasukan bendera hitam palsu yang muncul sebelum pasukan Al-Mahdi sejati, sebagai suatu ujian Allah untuk kaum mukmindan mujahidinnya (telah kami jelaskan hadits tentang ISIS ini).
Tinggallah satu pesoalan lagi; Ada sekelompok manusia yang berpendapat bahwa ada khilafah atau khalifah sebelum Al-Mahdi.Ini dalil bagi segolongan dari mereka yang mendukung kekhilafahan Abu Bakar Al-Baghdadi. Insya Allah kami akan membantah syubhat ini, bahwa khilafah akhir zaman hanya satu, tidak berbilang.Tiada khilafah di akhir zaman setelah zaman mulkan Jabriyah kecuali khilafah Al-Mahdi. Tidak ada selainnya.Dibawah ini kami sertakan dalil dari golongan yang berpendapat bahwa sebelum khilafah al-Mahdi ada khilafah lainnya. Kemudian kami muatkan beserta dalil-dalil tersebut penjelasan dan bantahannya. Insya Allah.
Catatan :
Kebanyakan para komentator tulisan kami tidak memberi tanggapan dengan ilmu, kecuali hanya sumpah serapah. Oleh karena itu kami memang sengaja tidak mengutip ulama yang memberikan keterangan tentang manhaj ilmu dalam memakai hadits dhaif di perkara seperti ini. Padahal yang kami utarakan setelah mengutip hadits dhoif tersebut adalah diiringi dengan komentar ulama; Hanya saja kami sembunyikan siapa sosok alim tersebut. Tujuannya:
“Jadi inilah manhaj ulama, manhaj Ahlussunnah dalam perkara pemakaian hadits dhoif dimasalah ini. Demikian juga pendapat yg. kami kutip di bawah ini adalah manhaj ulama. Hanya saja orang-orang itu tidak mengerti tentang kebenaran ini, karena fikiran dan hati mereka sudah kepalang fanatik buta dengan kelompoknya.
Adapun hadits dhoif, maka ia bukanlah hadits palsu; Tidak sama derajat di antara keduanya. Hadits Dhoif ,menurut sebagian ulama, bisa juga dipakai dalam fadhoilul ‘amal dengan catatan tertentu, disamping dalam tiga hal di atas. Jadi perkataan Nabi tentang orang yang meriwayatkan hadits palsu akan masuk neraka tidak terkait dengan tema yang sedang kita bahas karena hadits yang kita bahas adalah berstatus hadits dhoif bukan maudu’.Kami ulangi lagi dibawah ini kutipan dalam pemakaian hadits dhof dalam melihat al-malahim/ fitnah-fitnah di akhir zaman. Inilah Manhaj ilmu dalam masalah ini:
“Jadi secara global dapat dikatakan sanad ini lemah…Tapi bisa juga kamu katakan Hasan sanadnya jika bukti-bukti pendukungnya tersedia, seperti realita membenarkannya Maka sanad seperti ini dalam data-data sejarah dan berita masa akan datang bisa dianggap tergolong shahih…Shahih itu bertingkat-tingkat, dari Hasan dengan bantuan pendukung dari luar hingga Mutawatir.Ia tidak hanya satu tingkat saja. Karenanya banyak ucapan Ahli Hadis: “Hadis ini shahih insyaallah… Hasan insyaallah…”.
Mengapa demikian?
Karena mereka mengetahui bahwa mayoritas hadis dan atsar itu bersifat dzanni (tidak pasti seratus persen), yang bersifat qath’i sangat jarang. Kalimat: “Ini hadis shahih insyaallah” yang dicemooh sebagian orang yang tidak mengerti sebenarnya adalah metode kaum berakal dari kalangan Ahli Hadis seperti Abu ‘Uwanah dalam kitab Mustakhrajat Abu ‘Uwanah, 6/415, ia berkata:
“Dan hadis-hadis riwayat Mathar menurutku ia tidak mengeluarkan (meriwayatkan)nya. Dan ia shahih insyaallah.”
Demikian juga dengan al Hakim dalam al Mustadrak, 1/166: “Hadis riwayat Abu al Hubab shahih insyaallah.”
Dan begitu pula al Haitsami dalam kitab Majma’ az Zawaid, 2/75 berkata: “Dan telah lewat hadis riwayat Abdullah bin ‘Amr dalam Bab Mendekat kepada Pembatas adalah hadis shahih insya Allah.”
Begitu juga dengan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi wa Fadhlihi, 3/153: “Dan kedua hadis ini shahih insyaallah.”
Dan menurut al Albani redaksi itu datang sebanyak sepuluh kali.Hal ini wajar.” (dikutip dari keterangan dari seorang ‘Alim Saudi Arabia bermahzab Maliki).
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/tidak-ada-khalifah-dari-ahlul-bait-sampai-hari-kiamat-kecuali-imam-mahdi-2.html#sthash.Xhy17Uzh.dpuf
“Dan di antara yang menjadi dalil bahwa mereka (Khilafah Daulah Fathimiyyah) adalah orang-orang yang memberikan pengakuan dusta (bahwa mereka adalah Ahlul Bait), sebagaimana disebutkan oleh para ulama yang terhormat itu dan para imam yang utama, dan bahwasanya mereka (Daulah Fathimiyyah) tidak memiliki hubungan nasab sama sekali dengan Ali bin Abi Thalib juga kepada Fathimah binti Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana pengakuan mereka. Adalah ucapan sahabat Abdullah bin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhuma kepada Al Husain bin Ali bin Abi Thalib ketika akan berangkat ke Iraq, yaitu saat para penduduk kota Kuffah mengirimkan utusan kepada beliau dan berjanji akan memberikan bai’at kepadanya.
Ibnu Umar berkata : “Janganlah engkau pergi ke sana karena sesungguhnya aku takut engkau akan terbunuh, dan sesungguhnya kakekmu (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) telah diminta oleh Allah untuk memilih dunia atau akhirat, dan beliau memilih akhirat dibandingkan dunia. Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu”.
Ibnu Katsir kemudian menjelaskan : “Kalimat yang berkedudukan Hasan Shahih, yang tertuju pada kepada masalah ini dan sangat masuk akal, yang disampaikan oleh sahabat yang mulia ini menunjukkan bahwa : Tidak akan ada khalifah dari ahlul bait kecuali Muhammad bin Abdullah al Mahdi (imam mahdi) yang akan diangkat di akhir zaman bersama dengan turunnya nabi isa ibnu maryam. hal ini karena demi menjaga agar ahlul bait tidak terpedaya dengan dunia dan agar tidak mengotori kemuliaan mereka“.(Al Bidayah Wan Nihayah Juz 11/398)
Berdasarkan atsar hasan shahih ini dan berbagai komentar ahli nasab terhadap keluarga Al Badry (keluarga Abu Bakar Al-Baghdadi), tidak sedikit yang mengatakan bahwa nasab Al Badry bukanlah Ahlul Bait. Namun demikian jika memang benar bahwa nasab Al Badry di mana Syaikh Abu Bakar Al Baghdady dilahirkan merupakan Ahlul Bait maka kemungkinannya adalah :
Pertama :Berdasarkan Atsar Ibnu Umar ini..”Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu“, maka Tidak mungkin Abu Bakar Al-akan Baghdadi mendapatkannya sebagaimana Al-Husain bin Ali bin Abi thalib terbunuh, jika memang benar ia dari ahlul bait.
Kedua, Abu Bakar al Baghdady jika ia mengaku sebagai Ahlul Bait maka dia semestinya tahu akan hadits yang mulia ini. Artinya jika ia memang doktor yang tahu ilmu syariah dan zuhud serta waro’, dia tidak akan menjadi khalifah. Karena khalifah dari Ahlul Bait hanya seorang saja yang bernama Muhammad bin Abdullah.ini sangat jelas bagi orang-orang yang lurus akalnya.
Ketiga, jika ia menganggap ada khalifah sebelum al Mahdi-berdasar beberapa hadits- maka ketahuilah bahwadari keumuman makna hadits di atas maka tetap saja ia tidak berhak menjadi khalifah karena pesan datuknya, Rasulullah saw. Jadi sudah Jelas alBaghdadi ini seorang ambisius dan orang yang menantang sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nanti kami akan jelaskan bahwa lafaz khalifah pada beberapa hadits bukanlah menuntut makna sebagai khalifah secara istilahi/terminologi, namun yang dimaksud adalah secara bahasa saja, dengan arti pemimpin. Bahkan dari hadits yang lain akan terlihat bahwa yang dimaksud adalah khalifah kerajaan/daulah saudi Arabia dengan khalifah (rajanya) bernama raja Abdullah, insya Allah, Wallahu a’lam.
Ini salah satu mu’jizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berarti jika al-Baghdadi mendapat kekhalifahan itu, maka ia adalah;
- Abu bakar al-Baghdadi bukan dari Ahlul Bait. Ini logikanya.
- Jelas
ia adalah pendusta dengan pengakuannya sebagaimana yang telah di ungkap
oleh ahli nasab yang jujur tentang nasab al-Baghdadi. Sungguh hadits di
atas adalah mukjizat. Semua ahlul bait setelah cucu rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, Hasan Radhiyallahu anhu
tidak akan mampu mendapatkan kekuasaan khilafah, dan menjadi khalifah
sampai hari kiamat kecuali telah ditetapkan oleh Allah yaitu Al-Mahdi.
Ini adalah pemahaman yang “tajam” dari sahabat agung Ibnu Umar tentang
hadits yang mulia ini.Adapun Ali bin Abi Thalib kenapa bisa jadi
khalifah , adalah semata karena ketetapan Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, dan termasuk pengecualian dari Ahlul Bait di awal zaman Islam.. ‘alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafaurrasyidin al-mahdiyin.Demikian
juga Hasan Ra, telah disebutkan Nabi saw bahwa kelak ia akan menyatukan
kaum muslimin, dan ia sendiri mengalah dalam masalah kekuasaan ini,
dengan memberikannya kepada mu’awiyah bin abu sofyan Ra., sama seperti
pengecualian ahlul bait di akhir zaman yang akan jadi khalifah ala
minhaji nubuwah, Muhammad bin Abdillah.
- Dia,
Al-Baghdadi termasuk golongan juhala, bodoh; bagaimana mungkin seorang
yang diakui doktor dalam ilmu syariah koq tidak mengerti hadits yang
mulia ini, sungguh keterlaluan.
- Dia seorang yang
sangat berambisius menginginkan jabatan dunia, khilafah, menyimpang dari
jalannya Rasulullah dan Ahlul bait yang telah memilih akhirat dari pada
dunia. Apakah pengikutnya yang telah membaiatnya juga tidak tahu hadits
ini? Itulah yang dikatakan nabi …akalnya lemah alias jahil.”Sungguh
hari-hari ini sama dengan hari-hari kemarin” sejarah berulang kembali.
- Bahkan ia adalah gembongnya khawarij abad ini. Tidak disangsikan lagi.
- Jika
ia memaksakan diri mengaku khalifah maka ia –secara otomatis-
menjadikan dirinya sebagai imam Mahdi. Padahal mafhum mukholafahnya dari
hadits ini, khilafah ala minhaji nubuwwah di akhir zaman hanya satu.
لا يلي الخلافة أحد من أهل البيت إلا محمد بن عبد الله المهدي الذي يكون في آخر الزمان عند نزول عيسى بن مريم.
Artinya: Tidak
akan datang khilafah seorangpun dari “Ahlul Bait” kecuali Muhammad bin
Abdillah Al-Mahdi yang akan ada pada akhir zaman ketika turunnya Isa
putra Maryam.[Al Bidaayah wan Nihaayah Juz 11 Hal 39]
Sedangkan Imam Mahdi hanya satu di akhir zaman yang bernama Muhammad bin Abdullah.
Dalil lainnya yang lebih rinci.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Tatkala kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang sekumpulan pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait. Allah telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sesudah aku mati, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera berwarna hitam.Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memuaskan dengan kezaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas es ‘. ” (HR. Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan lighairihi menurut Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Adh-Dha’ifah, 1/197, pada pembahasan hadits no. 85)
As-Sindi berkata: “Yang nampak, kisah itu merupakan isyarat keadaan Al-Mahdi yang dijanjikan. Oleh kerana itu, penulis (Ibnu Majah) menyebutkan hadis ini dalam bab ini (bab keluarnya Al-Mahdi). ” Ibnu Katsir Rahimahullahu mengatakan: “Dan orang-orang dari Timur menyokong (Al-Mahdi), menolongnya dan menegakkan agamanya, serta mengukuhkannya. Bendera mereka berwarna hitam, dan itu merupakan pakaian yang mempunyai kewibawaan, karena bendera Rasulullah berwarna hitam yang dinamakan Al-Iqab.”(An-Nihayah fil Malahim, 1/17, Program Maktabah Syamilah).
Beliau juga berkata: “Maksudnya, Al-Mahdi yang terpuji yang dijanjikan keluarnya di akhir zaman asal munculnya adalah dari arah Timur, dan diba’iat di Ka’bah seperti yang disebutkan oleh nash hadits.” (Idem, 1/17) Tentang tempat bai’atnya telah diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang dibai’at di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim).” (HR. Ibnu Hibban no. 6827 , Ahmad, dan Al-Hakim; dan beliau menshahihkannya)
Kalimat yang digaris bawahi, Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku, adalah menunjukkan bahwa mereka tidak menginginkan khilafah, padahal mereka mampu jika mau, karena kekuasaan telah ada ditangan mereka!; Karena mereka tahu bahwa yang berhak atas khilafah tersebut adalah al-Mahdi. Maka ketika mereka mendengar al-mahdi muncul, maka mereka segera bergegas menuju Mekkah dan membaiatnya, mengokohkan kekuasaan al-Mahdi.Namun yang kita lihat dari sejarah daulah Al-Baghdadi/Daisy, adalah bahwa mereka menginginkan khilafah tersebut setelah mengkhianati al-Qaida dan pimpinannya, serta memaksa memproklamirkan khilafah tersebut keseluruh dunia.Jadi mereka bukanlah pasukan bendera hitam yang dimaksud oleh hadits ini.
Seandainya pasukan panji hitam asli tentulah mereka bukan khalifah/khilafah, tapi mereka pasukan yang tahu diri walaupun mereka punya kekuasaan , namun mereka tahu bahwa al-Mahdi telah muncul sehingga khilafah ini adalah hak dari ahlul bait, bukan pada yg. Lainnya.Tapi mereka adalah pasukan bendera hitam palsu yang muncul sebelum pasukan Al-Mahdi sejati, sebagai suatu ujian Allah untuk kaum mukmindan mujahidinnya (telah kami jelaskan hadits tentang ISIS ini).
Tinggallah satu pesoalan lagi; Ada sekelompok manusia yang berpendapat bahwa ada khilafah atau khalifah sebelum Al-Mahdi.Ini dalil bagi segolongan dari mereka yang mendukung kekhilafahan Abu Bakar Al-Baghdadi. Insya Allah kami akan membantah syubhat ini, bahwa khilafah akhir zaman hanya satu, tidak berbilang.Tiada khilafah di akhir zaman setelah zaman mulkan Jabriyah kecuali khilafah Al-Mahdi. Tidak ada selainnya.Dibawah ini kami sertakan dalil dari golongan yang berpendapat bahwa sebelum khilafah al-Mahdi ada khilafah lainnya. Kemudian kami muatkan beserta dalil-dalil tersebut penjelasan dan bantahannya. Insya Allah.
Catatan :
Kebanyakan para komentator tulisan kami tidak memberi tanggapan dengan ilmu, kecuali hanya sumpah serapah. Oleh karena itu kami memang sengaja tidak mengutip ulama yang memberikan keterangan tentang manhaj ilmu dalam memakai hadits dhaif di perkara seperti ini. Padahal yang kami utarakan setelah mengutip hadits dhoif tersebut adalah diiringi dengan komentar ulama; Hanya saja kami sembunyikan siapa sosok alim tersebut. Tujuannya:
- Membuktikan
bahwa memang ciri khas kaum khawarij di setiap masa adalah ‘cekak’
dalam ilmu syariah, terutama dalam pengambilan dalil dan seluk beluknya
- Mereka
tidak melihat keseluruhan apa yang kami kutip dari hadits-hadits dalam
tulisan kami yang menunjukkan tentang ciri-ciri khawarij di masa moderen
ini yang sudah terang. Maka mereka kemudian mengalihkan kebenaran
hadits-hadits sahih yang. Menelanjangi jati diri khilafah al-Baghdadi
dengan mempermasalahkan status hadits yang. Membuka kedok mereka dan
bersumpah serapah mencaci Arrahmah.com, dan kami, Inilah ‘Caracter Assasination’.
- Maghozi (Sejarah Peperangan dimasa lalu)
- Tafsir (pendapat tentang tafsir ayat berdasarkan hadits dhaif)
- Malahim (Peperangan di akhir zaman)
“Jadi inilah manhaj ulama, manhaj Ahlussunnah dalam perkara pemakaian hadits dhoif dimasalah ini. Demikian juga pendapat yg. kami kutip di bawah ini adalah manhaj ulama. Hanya saja orang-orang itu tidak mengerti tentang kebenaran ini, karena fikiran dan hati mereka sudah kepalang fanatik buta dengan kelompoknya.
Adapun hadits dhoif, maka ia bukanlah hadits palsu; Tidak sama derajat di antara keduanya. Hadits Dhoif ,menurut sebagian ulama, bisa juga dipakai dalam fadhoilul ‘amal dengan catatan tertentu, disamping dalam tiga hal di atas. Jadi perkataan Nabi tentang orang yang meriwayatkan hadits palsu akan masuk neraka tidak terkait dengan tema yang sedang kita bahas karena hadits yang kita bahas adalah berstatus hadits dhoif bukan maudu’.Kami ulangi lagi dibawah ini kutipan dalam pemakaian hadits dhof dalam melihat al-malahim/ fitnah-fitnah di akhir zaman. Inilah Manhaj ilmu dalam masalah ini:
“Jadi secara global dapat dikatakan sanad ini lemah…Tapi bisa juga kamu katakan Hasan sanadnya jika bukti-bukti pendukungnya tersedia, seperti realita membenarkannya Maka sanad seperti ini dalam data-data sejarah dan berita masa akan datang bisa dianggap tergolong shahih…Shahih itu bertingkat-tingkat, dari Hasan dengan bantuan pendukung dari luar hingga Mutawatir.Ia tidak hanya satu tingkat saja. Karenanya banyak ucapan Ahli Hadis: “Hadis ini shahih insyaallah… Hasan insyaallah…”.
Mengapa demikian?
Karena mereka mengetahui bahwa mayoritas hadis dan atsar itu bersifat dzanni (tidak pasti seratus persen), yang bersifat qath’i sangat jarang. Kalimat: “Ini hadis shahih insyaallah” yang dicemooh sebagian orang yang tidak mengerti sebenarnya adalah metode kaum berakal dari kalangan Ahli Hadis seperti Abu ‘Uwanah dalam kitab Mustakhrajat Abu ‘Uwanah, 6/415, ia berkata:
“Dan hadis-hadis riwayat Mathar menurutku ia tidak mengeluarkan (meriwayatkan)nya. Dan ia shahih insyaallah.”
Demikian juga dengan al Hakim dalam al Mustadrak, 1/166: “Hadis riwayat Abu al Hubab shahih insyaallah.”
Dan begitu pula al Haitsami dalam kitab Majma’ az Zawaid, 2/75 berkata: “Dan telah lewat hadis riwayat Abdullah bin ‘Amr dalam Bab Mendekat kepada Pembatas adalah hadis shahih insya Allah.”
Begitu juga dengan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi wa Fadhlihi, 3/153: “Dan kedua hadis ini shahih insyaallah.”
Dan menurut al Albani redaksi itu datang sebanyak sepuluh kali.Hal ini wajar.” (dikutip dari keterangan dari seorang ‘Alim Saudi Arabia bermahzab Maliki).
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/tidak-ada-khalifah-dari-ahlul-bait-sampai-hari-kiamat-kecuali-imam-mahdi-2.html#sthash.Xhy17Uzh.dpuf
Oleh Abu Rabbani Abdullah,SS
Ketua LPW Majelis Mujahidin Jabodetabek
(Arrahmah.com) – Innalhamdalillah
nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh. Wa na’udzubillahiminsyururi
anfusina wa min sayyiaati ‘amalina. Mayyahdihillah fala mudillalah. Wa
mayyudlil fala hadiyallah. Wa Asyhadu alla ilaaha illalloh wahdahu la
syarikalah. Wa Asyhadu Anna muhammadan abduhu wa rosuluh. Shollollohu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa ashabihi wa man tabi’ahum biihsanin ilaa
yaumiddin wa sallam taslima. Amma ba’du.Ketua LPW Majelis Mujahidin Jabodetabek
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Al Bidayah Wan Nihayah juz 11/398 menyebutkan :
“Dan di antara yang menjadi dalil bahwa mereka (Khilafah Daulah Fathimiyyah) adalah orang-orang yang memberikan pengakuan dusta (bahwa mereka adalah Ahlul Bait), sebagaimana disebutkan oleh para ulama yang terhormat itu dan para imam yang utama, dan bahwasanya mereka (Daulah Fathimiyyah) tidak memiliki hubungan nasab sama sekali dengan Ali bin Abi Thalib juga kepada Fathimah binti Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana pengakuan mereka. Adalah ucapan sahabat Abdullah bin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhuma kepada Al Husain bin Ali bin Abi Thalib ketika akan berangkat ke Iraq, yaitu saat para penduduk kota Kuffah mengirimkan utusan kepada beliau dan berjanji akan memberikan bai’at kepadanya.
Ibnu Umar berkata : “Janganlah engkau pergi ke sana karena sesungguhnya aku takut engkau akan terbunuh, dan sesungguhnya kakekmu (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) telah diminta oleh Allah untuk memilih dunia atau akhirat, dan beliau memilih akhirat dibandingkan dunia. Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu”.
Ibnu Katsir kemudian menjelaskan : “Kalimat yang berkedudukan Hasan Shahih, yang tertuju pada kepada masalah ini dan sangat masuk akal, yang disampaikan oleh sahabat yang mulia ini menunjukkan bahwa : Tidak akan ada khalifah dari ahlul bait kecuali Muhammad bin Abdullah al Mahdi (imam mahdi) yang akan diangkat di akhir zaman bersama dengan turunnya nabi isa ibnu maryam. hal ini karena demi menjaga agar ahlul bait tidak terpedaya dengan dunia dan agar tidak mengotori kemuliaan mereka“.(Al Bidayah Wan Nihayah Juz 11/398)
Berdasarkan atsar hasan shahih ini dan berbagai komentar ahli nasab terhadap keluarga Al Badry (keluarga Abu Bakar Al-Baghdadi), tidak sedikit yang mengatakan bahwa nasab Al Badry bukanlah Ahlul Bait. Namun demikian jika memang benar bahwa nasab Al Badry di mana Syaikh Abu Bakar Al Baghdady dilahirkan merupakan Ahlul Bait maka kemungkinannya adalah :
Pertama :Berdasarkan Atsar Ibnu Umar ini..”Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu“, maka Tidak mungkin Abu Bakar Al-akan Baghdadi mendapatkannya sebagaimana Al-Husain bin Ali bin Abi thalib terbunuh, jika memang benar ia dari ahlul bait.
Kedua, Abu Bakar al Baghdady jika ia mengaku sebagai Ahlul Bait maka dia semestinya tahu akan hadits yang mulia ini. Artinya jika ia memang doktor yang tahu ilmu syariah dan zuhud serta waro’, dia tidak akan menjadi khalifah. Karena khalifah dari Ahlul Bait hanya seorang saja yang bernama Muhammad bin Abdullah.ini sangat jelas bagi orang-orang yang lurus akalnya.
Ketiga, jika ia menganggap ada khalifah sebelum al Mahdi-berdasar beberapa hadits- maka ketahuilah bahwadari keumuman makna hadits di atas maka tetap saja ia tidak berhak menjadi khalifah karena pesan datuknya, Rasulullah saw. Jadi sudah Jelas alBaghdadi ini seorang ambisius dan orang yang menantang sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nanti kami akan jelaskan bahwa lafaz khalifah pada beberapa hadits bukanlah menuntut makna sebagai khalifah secara istilahi/terminologi, namun yang dimaksud adalah secara bahasa saja, dengan arti pemimpin. Bahkan dari hadits yang lain akan terlihat bahwa yang dimaksud adalah khalifah kerajaan/daulah saudi Arabia dengan khalifah (rajanya) bernama raja Abdullah, insya Allah, Wallahu a’lam.
Ini salah satu mu’jizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berarti jika al-Baghdadi mendapat kekhalifahan itu, maka ia adalah;
- Abu bakar al-Baghdadi bukan dari Ahlul Bait. Ini logikanya.
- Jelas
ia adalah pendusta dengan pengakuannya sebagaimana yang telah di ungkap
oleh ahli nasab yang jujur tentang nasab al-Baghdadi. Sungguh hadits di
atas adalah mukjizat. Semua ahlul bait setelah cucu rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, Hasan Radhiyallahu anhu
tidak akan mampu mendapatkan kekuasaan khilafah, dan menjadi khalifah
sampai hari kiamat kecuali telah ditetapkan oleh Allah yaitu Al-Mahdi.
Ini adalah pemahaman yang “tajam” dari sahabat agung Ibnu Umar tentang
hadits yang mulia ini.Adapun Ali bin Abi Thalib kenapa bisa jadi
khalifah , adalah semata karena ketetapan Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, dan termasuk pengecualian dari Ahlul Bait di awal zaman Islam.. ‘alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafaurrasyidin al-mahdiyin.Demikian
juga Hasan Ra, telah disebutkan Nabi saw bahwa kelak ia akan menyatukan
kaum muslimin, dan ia sendiri mengalah dalam masalah kekuasaan ini,
dengan memberikannya kepada mu’awiyah bin abu sofyan Ra., sama seperti
pengecualian ahlul bait di akhir zaman yang akan jadi khalifah ala
minhaji nubuwah, Muhammad bin Abdillah.
- Dia,
Al-Baghdadi termasuk golongan juhala, bodoh; bagaimana mungkin seorang
yang diakui doktor dalam ilmu syariah koq tidak mengerti hadits yang
mulia ini, sungguh keterlaluan.
- Dia seorang yang
sangat berambisius menginginkan jabatan dunia, khilafah, menyimpang dari
jalannya Rasulullah dan Ahlul bait yang telah memilih akhirat dari pada
dunia. Apakah pengikutnya yang telah membaiatnya juga tidak tahu hadits
ini? Itulah yang dikatakan nabi …akalnya lemah alias jahil.”Sungguh
hari-hari ini sama dengan hari-hari kemarin” sejarah berulang kembali.
- Bahkan ia adalah gembongnya khawarij abad ini. Tidak disangsikan lagi.
- Jika
ia memaksakan diri mengaku khalifah maka ia –secara otomatis-
menjadikan dirinya sebagai imam Mahdi. Padahal mafhum mukholafahnya dari
hadits ini, khilafah ala minhaji nubuwwah di akhir zaman hanya satu.
لا يلي الخلافة أحد من أهل البيت إلا محمد بن عبد الله المهدي الذي يكون في آخر الزمان عند نزول عيسى بن مريم.
Artinya: Tidak
akan datang khilafah seorangpun dari “Ahlul Bait” kecuali Muhammad bin
Abdillah Al-Mahdi yang akan ada pada akhir zaman ketika turunnya Isa
putra Maryam.[Al Bidaayah wan Nihaayah Juz 11 Hal 39]
Sedangkan Imam Mahdi hanya satu di akhir zaman yang bernama Muhammad bin Abdullah.
Dalil lainnya yang lebih rinci.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Tatkala kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang sekumpulan pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait. Allah telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sesudah aku mati, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera berwarna hitam.Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memuaskan dengan kezaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas es ‘. ” (HR. Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan lighairihi menurut Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Adh-Dha’ifah, 1/197, pada pembahasan hadits no. 85)
As-Sindi berkata: “Yang nampak, kisah itu merupakan isyarat keadaan Al-Mahdi yang dijanjikan. Oleh kerana itu, penulis (Ibnu Majah) menyebutkan hadis ini dalam bab ini (bab keluarnya Al-Mahdi). ” Ibnu Katsir Rahimahullahu mengatakan: “Dan orang-orang dari Timur menyokong (Al-Mahdi), menolongnya dan menegakkan agamanya, serta mengukuhkannya. Bendera mereka berwarna hitam, dan itu merupakan pakaian yang mempunyai kewibawaan, karena bendera Rasulullah berwarna hitam yang dinamakan Al-Iqab.”(An-Nihayah fil Malahim, 1/17, Program Maktabah Syamilah).
Beliau juga berkata: “Maksudnya, Al-Mahdi yang terpuji yang dijanjikan keluarnya di akhir zaman asal munculnya adalah dari arah Timur, dan diba’iat di Ka’bah seperti yang disebutkan oleh nash hadits.” (Idem, 1/17) Tentang tempat bai’atnya telah diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang dibai’at di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim).” (HR. Ibnu Hibban no. 6827 , Ahmad, dan Al-Hakim; dan beliau menshahihkannya)
Kalimat yang digaris bawahi, Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku, adalah menunjukkan bahwa mereka tidak menginginkan khilafah, padahal mereka mampu jika mau, karena kekuasaan telah ada ditangan mereka!; Karena mereka tahu bahwa yang berhak atas khilafah tersebut adalah al-Mahdi. Maka ketika mereka mendengar al-mahdi muncul, maka mereka segera bergegas menuju Mekkah dan membaiatnya, mengokohkan kekuasaan al-Mahdi.Namun yang kita lihat dari sejarah daulah Al-Baghdadi/Daisy, adalah bahwa mereka menginginkan khilafah tersebut setelah mengkhianati al-Qaida dan pimpinannya, serta memaksa memproklamirkan khilafah tersebut keseluruh dunia.Jadi mereka bukanlah pasukan bendera hitam yang dimaksud oleh hadits ini.
Seandainya pasukan panji hitam asli tentulah mereka bukan khalifah/khilafah, tapi mereka pasukan yang tahu diri walaupun mereka punya kekuasaan , namun mereka tahu bahwa al-Mahdi telah muncul sehingga khilafah ini adalah hak dari ahlul bait, bukan pada yg. Lainnya.Tapi mereka adalah pasukan bendera hitam palsu yang muncul sebelum pasukan Al-Mahdi sejati, sebagai suatu ujian Allah untuk kaum mukmindan mujahidinnya (telah kami jelaskan hadits tentang ISIS ini).
Tinggallah satu pesoalan lagi; Ada sekelompok manusia yang berpendapat bahwa ada khilafah atau khalifah sebelum Al-Mahdi.Ini dalil bagi segolongan dari mereka yang mendukung kekhilafahan Abu Bakar Al-Baghdadi. Insya Allah kami akan membantah syubhat ini, bahwa khilafah akhir zaman hanya satu, tidak berbilang.Tiada khilafah di akhir zaman setelah zaman mulkan Jabriyah kecuali khilafah Al-Mahdi. Tidak ada selainnya.Dibawah ini kami sertakan dalil dari golongan yang berpendapat bahwa sebelum khilafah al-Mahdi ada khilafah lainnya. Kemudian kami muatkan beserta dalil-dalil tersebut penjelasan dan bantahannya. Insya Allah.
Catatan :
Kebanyakan para komentator tulisan kami tidak memberi tanggapan dengan ilmu, kecuali hanya sumpah serapah. Oleh karena itu kami memang sengaja tidak mengutip ulama yang memberikan keterangan tentang manhaj ilmu dalam memakai hadits dhaif di perkara seperti ini. Padahal yang kami utarakan setelah mengutip hadits dhoif tersebut adalah diiringi dengan komentar ulama; Hanya saja kami sembunyikan siapa sosok alim tersebut. Tujuannya:
- Membuktikan
bahwa memang ciri khas kaum khawarij di setiap masa adalah ‘cekak’
dalam ilmu syariah, terutama dalam pengambilan dalil dan seluk beluknya
- Mereka
tidak melihat keseluruhan apa yang kami kutip dari hadits-hadits dalam
tulisan kami yang menunjukkan tentang ciri-ciri khawarij di masa moderen
ini yang sudah terang. Maka mereka kemudian mengalihkan kebenaran
hadits-hadits sahih yang. Menelanjangi jati diri khilafah al-Baghdadi
dengan mempermasalahkan status hadits yang. Membuka kedok mereka dan
bersumpah serapah mencaci Arrahmah.com, dan kami, Inilah ‘Caracter Assasination’.
- Maghozi (Sejarah Peperangan dimasa lalu)
- Tafsir (pendapat tentang tafsir ayat berdasarkan hadits dhaif)
- Malahim (Peperangan di akhir zaman)
“Jadi inilah manhaj ulama, manhaj Ahlussunnah dalam perkara pemakaian hadits dhoif dimasalah ini. Demikian juga pendapat yg. kami kutip di bawah ini adalah manhaj ulama. Hanya saja orang-orang itu tidak mengerti tentang kebenaran ini, karena fikiran dan hati mereka sudah kepalang fanatik buta dengan kelompoknya.
Adapun hadits dhoif, maka ia bukanlah hadits palsu; Tidak sama derajat di antara keduanya. Hadits Dhoif ,menurut sebagian ulama, bisa juga dipakai dalam fadhoilul ‘amal dengan catatan tertentu, disamping dalam tiga hal di atas. Jadi perkataan Nabi tentang orang yang meriwayatkan hadits palsu akan masuk neraka tidak terkait dengan tema yang sedang kita bahas karena hadits yang kita bahas adalah berstatus hadits dhoif bukan maudu’.Kami ulangi lagi dibawah ini kutipan dalam pemakaian hadits dhof dalam melihat al-malahim/ fitnah-fitnah di akhir zaman. Inilah Manhaj ilmu dalam masalah ini:
“Jadi secara global dapat dikatakan sanad ini lemah…Tapi bisa juga kamu katakan Hasan sanadnya jika bukti-bukti pendukungnya tersedia, seperti realita membenarkannya Maka sanad seperti ini dalam data-data sejarah dan berita masa akan datang bisa dianggap tergolong shahih…Shahih itu bertingkat-tingkat, dari Hasan dengan bantuan pendukung dari luar hingga Mutawatir.Ia tidak hanya satu tingkat saja. Karenanya banyak ucapan Ahli Hadis: “Hadis ini shahih insyaallah… Hasan insyaallah…”.
Mengapa demikian?
Karena mereka mengetahui bahwa mayoritas hadis dan atsar itu bersifat dzanni (tidak pasti seratus persen), yang bersifat qath’i sangat jarang. Kalimat: “Ini hadis shahih insyaallah” yang dicemooh sebagian orang yang tidak mengerti sebenarnya adalah metode kaum berakal dari kalangan Ahli Hadis seperti Abu ‘Uwanah dalam kitab Mustakhrajat Abu ‘Uwanah, 6/415, ia berkata:
“Dan hadis-hadis riwayat Mathar menurutku ia tidak mengeluarkan (meriwayatkan)nya. Dan ia shahih insyaallah.”
Demikian juga dengan al Hakim dalam al Mustadrak, 1/166: “Hadis riwayat Abu al Hubab shahih insyaallah.”
Dan begitu pula al Haitsami dalam kitab Majma’ az Zawaid, 2/75 berkata: “Dan telah lewat hadis riwayat Abdullah bin ‘Amr dalam Bab Mendekat kepada Pembatas adalah hadis shahih insya Allah.”
Begitu juga dengan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi wa Fadhlihi, 3/153: “Dan kedua hadis ini shahih insyaallah.”
Dan menurut al Albani redaksi itu datang sebanyak sepuluh kali.Hal ini wajar.” (dikutip dari keterangan dari seorang ‘Alim Saudi Arabia bermahzab Maliki).
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/tidak-ada-khalifah-dari-ahlul-bait-sampai-hari-kiamat-kecuali-imam-mahdi-2.html#sthash.Xhy17Uzh.dpuf
Oleh Abu Rabbani Abdullah,SS
Ketua LPW Majelis Mujahidin Jabodetabek
(Arrahmah.com) – Innalhamdalillah
nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh. Wa na’udzubillahiminsyururi
anfusina wa min sayyiaati ‘amalina. Mayyahdihillah fala mudillalah. Wa
mayyudlil fala hadiyallah. Wa Asyhadu alla ilaaha illalloh wahdahu la
syarikalah. Wa Asyhadu Anna muhammadan abduhu wa rosuluh. Shollollohu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa ashabihi wa man tabi’ahum biihsanin ilaa
yaumiddin wa sallam taslima. Amma ba’du.Ketua LPW Majelis Mujahidin Jabodetabek
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Al Bidayah Wan Nihayah juz 11/398 menyebutkan :
“Dan di antara yang menjadi dalil bahwa mereka (Khilafah Daulah Fathimiyyah) adalah orang-orang yang memberikan pengakuan dusta (bahwa mereka adalah Ahlul Bait), sebagaimana disebutkan oleh para ulama yang terhormat itu dan para imam yang utama, dan bahwasanya mereka (Daulah Fathimiyyah) tidak memiliki hubungan nasab sama sekali dengan Ali bin Abi Thalib juga kepada Fathimah binti Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana pengakuan mereka. Adalah ucapan sahabat Abdullah bin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhuma kepada Al Husain bin Ali bin Abi Thalib ketika akan berangkat ke Iraq, yaitu saat para penduduk kota Kuffah mengirimkan utusan kepada beliau dan berjanji akan memberikan bai’at kepadanya.
Ibnu Umar berkata : “Janganlah engkau pergi ke sana karena sesungguhnya aku takut engkau akan terbunuh, dan sesungguhnya kakekmu (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) telah diminta oleh Allah untuk memilih dunia atau akhirat, dan beliau memilih akhirat dibandingkan dunia. Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu”.
Ibnu Katsir kemudian menjelaskan : “Kalimat yang berkedudukan Hasan Shahih, yang tertuju pada kepada masalah ini dan sangat masuk akal, yang disampaikan oleh sahabat yang mulia ini menunjukkan bahwa : Tidak akan ada khalifah dari ahlul bait kecuali Muhammad bin Abdullah al Mahdi (imam mahdi) yang akan diangkat di akhir zaman bersama dengan turunnya nabi isa ibnu maryam. hal ini karena demi menjaga agar ahlul bait tidak terpedaya dengan dunia dan agar tidak mengotori kemuliaan mereka“.(Al Bidayah Wan Nihayah Juz 11/398)
Berdasarkan atsar hasan shahih ini dan berbagai komentar ahli nasab terhadap keluarga Al Badry (keluarga Abu Bakar Al-Baghdadi), tidak sedikit yang mengatakan bahwa nasab Al Badry bukanlah Ahlul Bait. Namun demikian jika memang benar bahwa nasab Al Badry di mana Syaikh Abu Bakar Al Baghdady dilahirkan merupakan Ahlul Bait maka kemungkinannya adalah :
Pertama :Berdasarkan Atsar Ibnu Umar ini..”Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu“, maka Tidak mungkin Abu Bakar Al-akan Baghdadi mendapatkannya sebagaimana Al-Husain bin Ali bin Abi thalib terbunuh, jika memang benar ia dari ahlul bait.
Kedua, Abu Bakar al Baghdady jika ia mengaku sebagai Ahlul Bait maka dia semestinya tahu akan hadits yang mulia ini. Artinya jika ia memang doktor yang tahu ilmu syariah dan zuhud serta waro’, dia tidak akan menjadi khalifah. Karena khalifah dari Ahlul Bait hanya seorang saja yang bernama Muhammad bin Abdullah.ini sangat jelas bagi orang-orang yang lurus akalnya.
Ketiga, jika ia menganggap ada khalifah sebelum al Mahdi-berdasar beberapa hadits- maka ketahuilah bahwadari keumuman makna hadits di atas maka tetap saja ia tidak berhak menjadi khalifah karena pesan datuknya, Rasulullah saw. Jadi sudah Jelas alBaghdadi ini seorang ambisius dan orang yang menantang sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nanti kami akan jelaskan bahwa lafaz khalifah pada beberapa hadits bukanlah menuntut makna sebagai khalifah secara istilahi/terminologi, namun yang dimaksud adalah secara bahasa saja, dengan arti pemimpin. Bahkan dari hadits yang lain akan terlihat bahwa yang dimaksud adalah khalifah kerajaan/daulah saudi Arabia dengan khalifah (rajanya) bernama raja Abdullah, insya Allah, Wallahu a’lam.
Ini salah satu mu’jizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berarti jika al-Baghdadi mendapat kekhalifahan itu, maka ia adalah;
- Abu bakar al-Baghdadi bukan dari Ahlul Bait. Ini logikanya.
- Jelas
ia adalah pendusta dengan pengakuannya sebagaimana yang telah di ungkap
oleh ahli nasab yang jujur tentang nasab al-Baghdadi. Sungguh hadits di
atas adalah mukjizat. Semua ahlul bait setelah cucu rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, Hasan Radhiyallahu anhu
tidak akan mampu mendapatkan kekuasaan khilafah, dan menjadi khalifah
sampai hari kiamat kecuali telah ditetapkan oleh Allah yaitu Al-Mahdi.
Ini adalah pemahaman yang “tajam” dari sahabat agung Ibnu Umar tentang
hadits yang mulia ini.Adapun Ali bin Abi Thalib kenapa bisa jadi
khalifah , adalah semata karena ketetapan Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, dan termasuk pengecualian dari Ahlul Bait di awal zaman Islam.. ‘alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafaurrasyidin al-mahdiyin.Demikian
juga Hasan Ra, telah disebutkan Nabi saw bahwa kelak ia akan menyatukan
kaum muslimin, dan ia sendiri mengalah dalam masalah kekuasaan ini,
dengan memberikannya kepada mu’awiyah bin abu sofyan Ra., sama seperti
pengecualian ahlul bait di akhir zaman yang akan jadi khalifah ala
minhaji nubuwah, Muhammad bin Abdillah.
- Dia,
Al-Baghdadi termasuk golongan juhala, bodoh; bagaimana mungkin seorang
yang diakui doktor dalam ilmu syariah koq tidak mengerti hadits yang
mulia ini, sungguh keterlaluan.
- Dia seorang yang
sangat berambisius menginginkan jabatan dunia, khilafah, menyimpang dari
jalannya Rasulullah dan Ahlul bait yang telah memilih akhirat dari pada
dunia. Apakah pengikutnya yang telah membaiatnya juga tidak tahu hadits
ini? Itulah yang dikatakan nabi …akalnya lemah alias jahil.”Sungguh
hari-hari ini sama dengan hari-hari kemarin” sejarah berulang kembali.
- Bahkan ia adalah gembongnya khawarij abad ini. Tidak disangsikan lagi.
- Jika
ia memaksakan diri mengaku khalifah maka ia –secara otomatis-
menjadikan dirinya sebagai imam Mahdi. Padahal mafhum mukholafahnya dari
hadits ini, khilafah ala minhaji nubuwwah di akhir zaman hanya satu.
لا يلي الخلافة أحد من أهل البيت إلا محمد بن عبد الله المهدي الذي يكون في آخر الزمان عند نزول عيسى بن مريم.
Artinya: Tidak
akan datang khilafah seorangpun dari “Ahlul Bait” kecuali Muhammad bin
Abdillah Al-Mahdi yang akan ada pada akhir zaman ketika turunnya Isa
putra Maryam.[Al Bidaayah wan Nihaayah Juz 11 Hal 39]
Sedangkan Imam Mahdi hanya satu di akhir zaman yang bernama Muhammad bin Abdullah.
Dalil lainnya yang lebih rinci.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Tatkala kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang sekumpulan pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait. Allah telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sesudah aku mati, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera berwarna hitam.Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memuaskan dengan kezaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas es ‘. ” (HR. Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan lighairihi menurut Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Adh-Dha’ifah, 1/197, pada pembahasan hadits no. 85)
As-Sindi berkata: “Yang nampak, kisah itu merupakan isyarat keadaan Al-Mahdi yang dijanjikan. Oleh kerana itu, penulis (Ibnu Majah) menyebutkan hadis ini dalam bab ini (bab keluarnya Al-Mahdi). ” Ibnu Katsir Rahimahullahu mengatakan: “Dan orang-orang dari Timur menyokong (Al-Mahdi), menolongnya dan menegakkan agamanya, serta mengukuhkannya. Bendera mereka berwarna hitam, dan itu merupakan pakaian yang mempunyai kewibawaan, karena bendera Rasulullah berwarna hitam yang dinamakan Al-Iqab.”(An-Nihayah fil Malahim, 1/17, Program Maktabah Syamilah).
Beliau juga berkata: “Maksudnya, Al-Mahdi yang terpuji yang dijanjikan keluarnya di akhir zaman asal munculnya adalah dari arah Timur, dan diba’iat di Ka’bah seperti yang disebutkan oleh nash hadits.” (Idem, 1/17) Tentang tempat bai’atnya telah diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang dibai’at di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim).” (HR. Ibnu Hibban no. 6827 , Ahmad, dan Al-Hakim; dan beliau menshahihkannya)
Kalimat yang digaris bawahi, Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku, adalah menunjukkan bahwa mereka tidak menginginkan khilafah, padahal mereka mampu jika mau, karena kekuasaan telah ada ditangan mereka!; Karena mereka tahu bahwa yang berhak atas khilafah tersebut adalah al-Mahdi. Maka ketika mereka mendengar al-mahdi muncul, maka mereka segera bergegas menuju Mekkah dan membaiatnya, mengokohkan kekuasaan al-Mahdi.Namun yang kita lihat dari sejarah daulah Al-Baghdadi/Daisy, adalah bahwa mereka menginginkan khilafah tersebut setelah mengkhianati al-Qaida dan pimpinannya, serta memaksa memproklamirkan khilafah tersebut keseluruh dunia.Jadi mereka bukanlah pasukan bendera hitam yang dimaksud oleh hadits ini.
Seandainya pasukan panji hitam asli tentulah mereka bukan khalifah/khilafah, tapi mereka pasukan yang tahu diri walaupun mereka punya kekuasaan , namun mereka tahu bahwa al-Mahdi telah muncul sehingga khilafah ini adalah hak dari ahlul bait, bukan pada yg. Lainnya.Tapi mereka adalah pasukan bendera hitam palsu yang muncul sebelum pasukan Al-Mahdi sejati, sebagai suatu ujian Allah untuk kaum mukmindan mujahidinnya (telah kami jelaskan hadits tentang ISIS ini).
Tinggallah satu pesoalan lagi; Ada sekelompok manusia yang berpendapat bahwa ada khilafah atau khalifah sebelum Al-Mahdi.Ini dalil bagi segolongan dari mereka yang mendukung kekhilafahan Abu Bakar Al-Baghdadi. Insya Allah kami akan membantah syubhat ini, bahwa khilafah akhir zaman hanya satu, tidak berbilang.Tiada khilafah di akhir zaman setelah zaman mulkan Jabriyah kecuali khilafah Al-Mahdi. Tidak ada selainnya.Dibawah ini kami sertakan dalil dari golongan yang berpendapat bahwa sebelum khilafah al-Mahdi ada khilafah lainnya. Kemudian kami muatkan beserta dalil-dalil tersebut penjelasan dan bantahannya. Insya Allah.
Catatan :
Kebanyakan para komentator tulisan kami tidak memberi tanggapan dengan ilmu, kecuali hanya sumpah serapah. Oleh karena itu kami memang sengaja tidak mengutip ulama yang memberikan keterangan tentang manhaj ilmu dalam memakai hadits dhaif di perkara seperti ini. Padahal yang kami utarakan setelah mengutip hadits dhoif tersebut adalah diiringi dengan komentar ulama; Hanya saja kami sembunyikan siapa sosok alim tersebut. Tujuannya:
- Membuktikan
bahwa memang ciri khas kaum khawarij di setiap masa adalah ‘cekak’
dalam ilmu syariah, terutama dalam pengambilan dalil dan seluk beluknya
- Mereka
tidak melihat keseluruhan apa yang kami kutip dari hadits-hadits dalam
tulisan kami yang menunjukkan tentang ciri-ciri khawarij di masa moderen
ini yang sudah terang. Maka mereka kemudian mengalihkan kebenaran
hadits-hadits sahih yang. Menelanjangi jati diri khilafah al-Baghdadi
dengan mempermasalahkan status hadits yang. Membuka kedok mereka dan
bersumpah serapah mencaci Arrahmah.com, dan kami, Inilah ‘Caracter Assasination’.
- Maghozi (Sejarah Peperangan dimasa lalu)
- Tafsir (pendapat tentang tafsir ayat berdasarkan hadits dhaif)
- Malahim (Peperangan di akhir zaman)
“Jadi inilah manhaj ulama, manhaj Ahlussunnah dalam perkara pemakaian hadits dhoif dimasalah ini. Demikian juga pendapat yg. kami kutip di bawah ini adalah manhaj ulama. Hanya saja orang-orang itu tidak mengerti tentang kebenaran ini, karena fikiran dan hati mereka sudah kepalang fanatik buta dengan kelompoknya.
Adapun hadits dhoif, maka ia bukanlah hadits palsu; Tidak sama derajat di antara keduanya. Hadits Dhoif ,menurut sebagian ulama, bisa juga dipakai dalam fadhoilul ‘amal dengan catatan tertentu, disamping dalam tiga hal di atas. Jadi perkataan Nabi tentang orang yang meriwayatkan hadits palsu akan masuk neraka tidak terkait dengan tema yang sedang kita bahas karena hadits yang kita bahas adalah berstatus hadits dhoif bukan maudu’.Kami ulangi lagi dibawah ini kutipan dalam pemakaian hadits dhof dalam melihat al-malahim/ fitnah-fitnah di akhir zaman. Inilah Manhaj ilmu dalam masalah ini:
“Jadi secara global dapat dikatakan sanad ini lemah…Tapi bisa juga kamu katakan Hasan sanadnya jika bukti-bukti pendukungnya tersedia, seperti realita membenarkannya Maka sanad seperti ini dalam data-data sejarah dan berita masa akan datang bisa dianggap tergolong shahih…Shahih itu bertingkat-tingkat, dari Hasan dengan bantuan pendukung dari luar hingga Mutawatir.Ia tidak hanya satu tingkat saja. Karenanya banyak ucapan Ahli Hadis: “Hadis ini shahih insyaallah… Hasan insyaallah…”.
Mengapa demikian?
Karena mereka mengetahui bahwa mayoritas hadis dan atsar itu bersifat dzanni (tidak pasti seratus persen), yang bersifat qath’i sangat jarang. Kalimat: “Ini hadis shahih insyaallah” yang dicemooh sebagian orang yang tidak mengerti sebenarnya adalah metode kaum berakal dari kalangan Ahli Hadis seperti Abu ‘Uwanah dalam kitab Mustakhrajat Abu ‘Uwanah, 6/415, ia berkata:
“Dan hadis-hadis riwayat Mathar menurutku ia tidak mengeluarkan (meriwayatkan)nya. Dan ia shahih insyaallah.”
Demikian juga dengan al Hakim dalam al Mustadrak, 1/166: “Hadis riwayat Abu al Hubab shahih insyaallah.”
Dan begitu pula al Haitsami dalam kitab Majma’ az Zawaid, 2/75 berkata: “Dan telah lewat hadis riwayat Abdullah bin ‘Amr dalam Bab Mendekat kepada Pembatas adalah hadis shahih insya Allah.”
Begitu juga dengan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi wa Fadhlihi, 3/153: “Dan kedua hadis ini shahih insyaallah.”
Dan menurut al Albani redaksi itu datang sebanyak sepuluh kali.Hal ini wajar.” (dikutip dari keterangan dari seorang ‘Alim Saudi Arabia bermahzab Maliki).
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/tidak-ada-khalifah-dari-ahlul-bait-sampai-hari-kiamat-kecuali-imam-mahdi-2.html#sthash.Xhy17Uzh.dpuf
Oleh Abu Rabbani Abdullah,SS
Ketua LPW Majelis Mujahidin Jabodetabek
(Arrahmah.com) – Innalhamdalillah
nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh. Wa na’udzubillahiminsyururi
anfusina wa min sayyiaati ‘amalina. Mayyahdihillah fala mudillalah. Wa
mayyudlil fala hadiyallah. Wa Asyhadu alla ilaaha illalloh wahdahu la
syarikalah. Wa Asyhadu Anna muhammadan abduhu wa rosuluh. Shollollohu
‘alaihi wa ‘ala alihi wa ashabihi wa man tabi’ahum biihsanin ilaa
yaumiddin wa sallam taslima. Amma ba’du.Ketua LPW Majelis Mujahidin Jabodetabek
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Al Bidayah Wan Nihayah juz 11/398 menyebutkan :
“Dan di antara yang menjadi dalil bahwa mereka (Khilafah Daulah Fathimiyyah) adalah orang-orang yang memberikan pengakuan dusta (bahwa mereka adalah Ahlul Bait), sebagaimana disebutkan oleh para ulama yang terhormat itu dan para imam yang utama, dan bahwasanya mereka (Daulah Fathimiyyah) tidak memiliki hubungan nasab sama sekali dengan Ali bin Abi Thalib juga kepada Fathimah binti Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana pengakuan mereka. Adalah ucapan sahabat Abdullah bin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhuma kepada Al Husain bin Ali bin Abi Thalib ketika akan berangkat ke Iraq, yaitu saat para penduduk kota Kuffah mengirimkan utusan kepada beliau dan berjanji akan memberikan bai’at kepadanya.
Ibnu Umar berkata : “Janganlah engkau pergi ke sana karena sesungguhnya aku takut engkau akan terbunuh, dan sesungguhnya kakekmu (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) telah diminta oleh Allah untuk memilih dunia atau akhirat, dan beliau memilih akhirat dibandingkan dunia. Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu”.
Ibnu Katsir kemudian menjelaskan : “Kalimat yang berkedudukan Hasan Shahih, yang tertuju pada kepada masalah ini dan sangat masuk akal, yang disampaikan oleh sahabat yang mulia ini menunjukkan bahwa : Tidak akan ada khalifah dari ahlul bait kecuali Muhammad bin Abdullah al Mahdi (imam mahdi) yang akan diangkat di akhir zaman bersama dengan turunnya nabi isa ibnu maryam. hal ini karena demi menjaga agar ahlul bait tidak terpedaya dengan dunia dan agar tidak mengotori kemuliaan mereka“.(Al Bidayah Wan Nihayah Juz 11/398)
Berdasarkan atsar hasan shahih ini dan berbagai komentar ahli nasab terhadap keluarga Al Badry (keluarga Abu Bakar Al-Baghdadi), tidak sedikit yang mengatakan bahwa nasab Al Badry bukanlah Ahlul Bait. Namun demikian jika memang benar bahwa nasab Al Badry di mana Syaikh Abu Bakar Al Baghdady dilahirkan merupakan Ahlul Bait maka kemungkinannya adalah :
Pertama :Berdasarkan Atsar Ibnu Umar ini..”Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu“, maka Tidak mungkin Abu Bakar Al-akan Baghdadi mendapatkannya sebagaimana Al-Husain bin Ali bin Abi thalib terbunuh, jika memang benar ia dari ahlul bait.
Kedua, Abu Bakar al Baghdady jika ia mengaku sebagai Ahlul Bait maka dia semestinya tahu akan hadits yang mulia ini. Artinya jika ia memang doktor yang tahu ilmu syariah dan zuhud serta waro’, dia tidak akan menjadi khalifah. Karena khalifah dari Ahlul Bait hanya seorang saja yang bernama Muhammad bin Abdullah.ini sangat jelas bagi orang-orang yang lurus akalnya.
Ketiga, jika ia menganggap ada khalifah sebelum al Mahdi-berdasar beberapa hadits- maka ketahuilah bahwadari keumuman makna hadits di atas maka tetap saja ia tidak berhak menjadi khalifah karena pesan datuknya, Rasulullah saw. Jadi sudah Jelas alBaghdadi ini seorang ambisius dan orang yang menantang sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nanti kami akan jelaskan bahwa lafaz khalifah pada beberapa hadits bukanlah menuntut makna sebagai khalifah secara istilahi/terminologi, namun yang dimaksud adalah secara bahasa saja, dengan arti pemimpin. Bahkan dari hadits yang lain akan terlihat bahwa yang dimaksud adalah khalifah kerajaan/daulah saudi Arabia dengan khalifah (rajanya) bernama raja Abdullah, insya Allah, Wallahu a’lam.
Ini salah satu mu’jizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berarti jika al-Baghdadi mendapat kekhalifahan itu, maka ia adalah;
- Abu bakar al-Baghdadi bukan dari Ahlul Bait. Ini logikanya.
- Jelas
ia adalah pendusta dengan pengakuannya sebagaimana yang telah di ungkap
oleh ahli nasab yang jujur tentang nasab al-Baghdadi. Sungguh hadits di
atas adalah mukjizat. Semua ahlul bait setelah cucu rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, Hasan Radhiyallahu anhu
tidak akan mampu mendapatkan kekuasaan khilafah, dan menjadi khalifah
sampai hari kiamat kecuali telah ditetapkan oleh Allah yaitu Al-Mahdi.
Ini adalah pemahaman yang “tajam” dari sahabat agung Ibnu Umar tentang
hadits yang mulia ini.Adapun Ali bin Abi Thalib kenapa bisa jadi
khalifah , adalah semata karena ketetapan Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam, dan termasuk pengecualian dari Ahlul Bait di awal zaman Islam.. ‘alaikum bi sunnati wa sunnatil khulafaurrasyidin al-mahdiyin.Demikian
juga Hasan Ra, telah disebutkan Nabi saw bahwa kelak ia akan menyatukan
kaum muslimin, dan ia sendiri mengalah dalam masalah kekuasaan ini,
dengan memberikannya kepada mu’awiyah bin abu sofyan Ra., sama seperti
pengecualian ahlul bait di akhir zaman yang akan jadi khalifah ala
minhaji nubuwah, Muhammad bin Abdillah.
- Dia,
Al-Baghdadi termasuk golongan juhala, bodoh; bagaimana mungkin seorang
yang diakui doktor dalam ilmu syariah koq tidak mengerti hadits yang
mulia ini, sungguh keterlaluan.
- Dia seorang yang
sangat berambisius menginginkan jabatan dunia, khilafah, menyimpang dari
jalannya Rasulullah dan Ahlul bait yang telah memilih akhirat dari pada
dunia. Apakah pengikutnya yang telah membaiatnya juga tidak tahu hadits
ini? Itulah yang dikatakan nabi …akalnya lemah alias jahil.”Sungguh
hari-hari ini sama dengan hari-hari kemarin” sejarah berulang kembali.
- Bahkan ia adalah gembongnya khawarij abad ini. Tidak disangsikan lagi.
- Jika
ia memaksakan diri mengaku khalifah maka ia –secara otomatis-
menjadikan dirinya sebagai imam Mahdi. Padahal mafhum mukholafahnya dari
hadits ini, khilafah ala minhaji nubuwwah di akhir zaman hanya satu.
لا يلي الخلافة أحد من أهل البيت إلا محمد بن عبد الله المهدي الذي يكون في آخر الزمان عند نزول عيسى بن مريم.
Artinya: Tidak
akan datang khilafah seorangpun dari “Ahlul Bait” kecuali Muhammad bin
Abdillah Al-Mahdi yang akan ada pada akhir zaman ketika turunnya Isa
putra Maryam.[Al Bidaayah wan Nihaayah Juz 11 Hal 39]
Sedangkan Imam Mahdi hanya satu di akhir zaman yang bernama Muhammad bin Abdullah.
Dalil lainnya yang lebih rinci.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Tatkala kami berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang sekumpulan pemuda dari Bani Hasyim. Ketika Nabi melihat mereka, kedua mata beliau berlinang air mata dan berubahlah roman mukanya. Maka aku katakan: ‘Kami masih tetap melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai.’ Lalu beliau menjawab: ‘Kami ahlul bait. Allah telah pilihkan akhirat untuk kami daripada dunia. Dan sesungguhnya sesudah aku mati, keluargaku akan menemui bencana-bencana dan pengusiran. Hingga datang sebuah kaum dari arah timur, bersama mereka ada bendera berwarna hitam.Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku. Lalu ia memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana orang-orang memuaskan dengan kezaliman. Barangsiapa di antara kalian mendapatinya maka datangilah mereka, walaupun dengan merangkak di atas es ‘. ” (HR. Ibnu Majah no. 4082, sanadnya hasan lighairihi menurut Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Adh-Dha’ifah, 1/197, pada pembahasan hadits no. 85)
As-Sindi berkata: “Yang nampak, kisah itu merupakan isyarat keadaan Al-Mahdi yang dijanjikan. Oleh kerana itu, penulis (Ibnu Majah) menyebutkan hadis ini dalam bab ini (bab keluarnya Al-Mahdi). ” Ibnu Katsir Rahimahullahu mengatakan: “Dan orang-orang dari Timur menyokong (Al-Mahdi), menolongnya dan menegakkan agamanya, serta mengukuhkannya. Bendera mereka berwarna hitam, dan itu merupakan pakaian yang mempunyai kewibawaan, karena bendera Rasulullah berwarna hitam yang dinamakan Al-Iqab.”(An-Nihayah fil Malahim, 1/17, Program Maktabah Syamilah).
Beliau juga berkata: “Maksudnya, Al-Mahdi yang terpuji yang dijanjikan keluarnya di akhir zaman asal munculnya adalah dari arah Timur, dan diba’iat di Ka’bah seperti yang disebutkan oleh nash hadits.” (Idem, 1/17) Tentang tempat bai’atnya telah diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu’ alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang dibai’at di antara rukun (Hajar Aswad) dan Maqam (Ibrahim).” (HR. Ibnu Hibban no. 6827 , Ahmad, dan Al-Hakim; dan beliau menshahihkannya)
Kalimat yang digaris bawahi, Mereka meminta kebaikan namun mereka tidak diberi, lalu mereka memerangi dan mendapat pertolongan sehingga mereka diberi apa yang mereka minta, tetapi mereka tidak menerimanya. Sehingga mereka menyerahkan kepemimpinan kepada seseorang dari keluargaku, adalah menunjukkan bahwa mereka tidak menginginkan khilafah, padahal mereka mampu jika mau, karena kekuasaan telah ada ditangan mereka!; Karena mereka tahu bahwa yang berhak atas khilafah tersebut adalah al-Mahdi. Maka ketika mereka mendengar al-mahdi muncul, maka mereka segera bergegas menuju Mekkah dan membaiatnya, mengokohkan kekuasaan al-Mahdi.Namun yang kita lihat dari sejarah daulah Al-Baghdadi/Daisy, adalah bahwa mereka menginginkan khilafah tersebut setelah mengkhianati al-Qaida dan pimpinannya, serta memaksa memproklamirkan khilafah tersebut keseluruh dunia.Jadi mereka bukanlah pasukan bendera hitam yang dimaksud oleh hadits ini.
Seandainya pasukan panji hitam asli tentulah mereka bukan khalifah/khilafah, tapi mereka pasukan yang tahu diri walaupun mereka punya kekuasaan , namun mereka tahu bahwa al-Mahdi telah muncul sehingga khilafah ini adalah hak dari ahlul bait, bukan pada yg. Lainnya.Tapi mereka adalah pasukan bendera hitam palsu yang muncul sebelum pasukan Al-Mahdi sejati, sebagai suatu ujian Allah untuk kaum mukmindan mujahidinnya (telah kami jelaskan hadits tentang ISIS ini).
Tinggallah satu pesoalan lagi; Ada sekelompok manusia yang berpendapat bahwa ada khilafah atau khalifah sebelum Al-Mahdi.Ini dalil bagi segolongan dari mereka yang mendukung kekhilafahan Abu Bakar Al-Baghdadi. Insya Allah kami akan membantah syubhat ini, bahwa khilafah akhir zaman hanya satu, tidak berbilang.Tiada khilafah di akhir zaman setelah zaman mulkan Jabriyah kecuali khilafah Al-Mahdi. Tidak ada selainnya.Dibawah ini kami sertakan dalil dari golongan yang berpendapat bahwa sebelum khilafah al-Mahdi ada khilafah lainnya. Kemudian kami muatkan beserta dalil-dalil tersebut penjelasan dan bantahannya. Insya Allah.
Catatan :
Kebanyakan para komentator tulisan kami tidak memberi tanggapan dengan ilmu, kecuali hanya sumpah serapah. Oleh karena itu kami memang sengaja tidak mengutip ulama yang memberikan keterangan tentang manhaj ilmu dalam memakai hadits dhaif di perkara seperti ini. Padahal yang kami utarakan setelah mengutip hadits dhoif tersebut adalah diiringi dengan komentar ulama; Hanya saja kami sembunyikan siapa sosok alim tersebut. Tujuannya:
- Membuktikan
bahwa memang ciri khas kaum khawarij di setiap masa adalah ‘cekak’
dalam ilmu syariah, terutama dalam pengambilan dalil dan seluk beluknya
- Mereka
tidak melihat keseluruhan apa yang kami kutip dari hadits-hadits dalam
tulisan kami yang menunjukkan tentang ciri-ciri khawarij di masa moderen
ini yang sudah terang. Maka mereka kemudian mengalihkan kebenaran
hadits-hadits sahih yang. Menelanjangi jati diri khilafah al-Baghdadi
dengan mempermasalahkan status hadits yang. Membuka kedok mereka dan
bersumpah serapah mencaci Arrahmah.com, dan kami, Inilah ‘Caracter Assasination’.
- Maghozi (Sejarah Peperangan dimasa lalu)
- Tafsir (pendapat tentang tafsir ayat berdasarkan hadits dhaif)
- Malahim (Peperangan di akhir zaman)
“Jadi inilah manhaj ulama, manhaj Ahlussunnah dalam perkara pemakaian hadits dhoif dimasalah ini. Demikian juga pendapat yg. kami kutip di bawah ini adalah manhaj ulama. Hanya saja orang-orang itu tidak mengerti tentang kebenaran ini, karena fikiran dan hati mereka sudah kepalang fanatik buta dengan kelompoknya.
Adapun hadits dhoif, maka ia bukanlah hadits palsu; Tidak sama derajat di antara keduanya. Hadits Dhoif ,menurut sebagian ulama, bisa juga dipakai dalam fadhoilul ‘amal dengan catatan tertentu, disamping dalam tiga hal di atas. Jadi perkataan Nabi tentang orang yang meriwayatkan hadits palsu akan masuk neraka tidak terkait dengan tema yang sedang kita bahas karena hadits yang kita bahas adalah berstatus hadits dhoif bukan maudu’.Kami ulangi lagi dibawah ini kutipan dalam pemakaian hadits dhof dalam melihat al-malahim/ fitnah-fitnah di akhir zaman. Inilah Manhaj ilmu dalam masalah ini:
“Jadi secara global dapat dikatakan sanad ini lemah…Tapi bisa juga kamu katakan Hasan sanadnya jika bukti-bukti pendukungnya tersedia, seperti realita membenarkannya Maka sanad seperti ini dalam data-data sejarah dan berita masa akan datang bisa dianggap tergolong shahih…Shahih itu bertingkat-tingkat, dari Hasan dengan bantuan pendukung dari luar hingga Mutawatir.Ia tidak hanya satu tingkat saja. Karenanya banyak ucapan Ahli Hadis: “Hadis ini shahih insyaallah… Hasan insyaallah…”.
Mengapa demikian?
Karena mereka mengetahui bahwa mayoritas hadis dan atsar itu bersifat dzanni (tidak pasti seratus persen), yang bersifat qath’i sangat jarang. Kalimat: “Ini hadis shahih insyaallah” yang dicemooh sebagian orang yang tidak mengerti sebenarnya adalah metode kaum berakal dari kalangan Ahli Hadis seperti Abu ‘Uwanah dalam kitab Mustakhrajat Abu ‘Uwanah, 6/415, ia berkata:
“Dan hadis-hadis riwayat Mathar menurutku ia tidak mengeluarkan (meriwayatkan)nya. Dan ia shahih insyaallah.”
Demikian juga dengan al Hakim dalam al Mustadrak, 1/166: “Hadis riwayat Abu al Hubab shahih insyaallah.”
Dan begitu pula al Haitsami dalam kitab Majma’ az Zawaid, 2/75 berkata: “Dan telah lewat hadis riwayat Abdullah bin ‘Amr dalam Bab Mendekat kepada Pembatas adalah hadis shahih insya Allah.”
Begitu juga dengan Ibnu Abdil Barr dalam kitab Jami’ Bayan al Ilmi wa Fadhlihi, 3/153: “Dan kedua hadis ini shahih insyaallah.”
Dan menurut al Albani redaksi itu datang sebanyak sepuluh kali.Hal ini wajar.” (dikutip dari keterangan dari seorang ‘Alim Saudi Arabia bermahzab Maliki).
- See more at: http://www.arrahmah.com/kajian-islam/tidak-ada-khalifah-dari-ahlul-bait-sampai-hari-kiamat-kecuali-imam-mahdi-2.html#sthash.Xhy17Uzh.dpuf






0 comments: